Sebagai seorang
anak kecil, siapa yang tidak menyukai hujan? Bisa kubilang bahwa aku dilahirkan
untuk fenomena alam yang satu ini. Diperanakkan di sebuah desa terpencil di
pelosok Jawa Timur membesarkanku menjadi “hijau”. Dulu sekali, kalian bisa
melihat anak berkulit putih berlarian di pinggir sawah becek bernaungan nyiur
hijau. Dia tertawa menikmati kehijauan di sekitarnya. Kadang dia berlari di
sekitar rumpun bambu hijau dan mengganggu sapi mengunyah rumput. Ya, anak ini nakal
sekali. Lihatlah betapa lihainya dia mencuri kelapa muda dan rambutan tetangga.
Tataplah mata bersinar anak berkulit putih ini ketika berlari memeluk
kakek-nenek renta berkulit gelap itu.
Kompleks Candi Sewu - Prambanan |
Indra kecil
terbiasa bermain di sungai belakang rumah. Alirannya yang jernih dari Gunung
Kelud tidak mungkin membuat anak kecil berusia 5 tahun tidak ingin bermain di
dalamnya. Tengok keisengan mereka mencari yuyu dan ikan cupang. Dengar pula
teriakan mereka saat melihat ular pohon hijau merayap di rumpun bambu. Masa kecilku
kuhabiskan dengan teman-teman berkulit cokelat. Ada yang laki, ada yang gadis.
Mereka bermain dengan Indra kecil, tanpa peduli warna kulitnya yang bersinar
bagai kilat di bawah sinar rembulan.
Desa kecil ini
sangat terpencil. Bisa kubilang di pinggiran kota. Orangnya yang ramah kadang
membuatku kangen dunia sempit ini. Setahun sekali, setiap libur lebaran aku
selalu berada di tempat ini. Dibesarkan di Jakarta membuatku yang anak singkong
ini kangen kampung halamannya. Hujan adalah salah satu hal yang paling ia
rindukan. Hujan di desa kecilku ini sangat menyenangkan. Airnya bersih tak
berdebu. Segar, dingin, dan dapat diminum. Aku yang punya alergi dingin bahkan
tak peduli ketika harus sakit setelah bermain hujan. Jelas benar dibenakku
ketika Mama marah-marah ketika aku demam. Masa kecil tidak datang dua kali.
Yah, sayang sekali aku baru sadar.
Kegilaanku yang
gemar bermain di sawah sangat dikenal tetanggaku. Bila kedapatan mencuri jagung
muda atau singkong, mungkin malah bisa diberi sekantung. Jika aku kedapatan
mencuri telur, mungkin malah diajarkan cara memasaknya dengan abu panas. Ya
kawan, kegilaan mudaku ini terjadi ketika masa-masa dimana sepeda onthel
merajalela disaat wanita muda menanak nasi dengan kayu bakar. Sebuah zaman
ketika kau masih menemukan gerobak padi yang ditarik oleh sapi di jalan berdebu
tanpa aspal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar