Aku sangat menyukai
apel, buah eksotis ini menjadi pilihanku karena rasa dan warnanya yang
bervariasi. Kau tau kawan? Dongeng mengatakan bahwa apel adalah buah
pengetahuan dalam dongeng yang sering kubaca. Aku tertarik sekali dengan
hal-hal religius. Banyak sekali aku belajar mengenai penyakit doktrin yang
didera manusia masa kini.
“Jam 10 malam,”
pikirku, “nongkrong di depan rumah lah.”
Setiap jam 10 malam
aku terbiasa duduk diluar menikmati ketenangan alam. Pada jam dimana semua
orang terlelap adalah masa yang paling indah bagiku. Alam Magelang memang
sangat lekat di benakku. Tak pernah kusangka di kota kecil ini kutemukan siapa
diriku. Kenangan akan pagi pertama aku menghirup udara kota ini seakan cuma
ilusi sekarang ini. Hembusan angin dan tarian awan yang biasa kurasakan di
pinggir sawah belakang rumah mungkin paling kurindukan. Malam semakin gelap dan
tak kusangka malam ini aku terlelap di depan rumah.
Dibesarkan dalam
keluarga Chinese kadang cukup menyulitkan. Banyak tradisi yang diemban,
terutama bagi anak laki-laki penerus nama keluarga. Bisa kubilang bahwa
keluargaku cukup keras dalam hal mempertahankan tradisi. Ada orang berkata
bahwa orang Chinese tidak bisa disebut beragama. Ya kawan, memang begitu adanya.
Sejauh apapun agama melarang tradisi, kami
tetap melakukan tradisi warisan nenek moyang kami.
Pernah dulu ketika
masa mudaku, aku berkeinginan untuk menjadi seorang Buddhis. Ya, aku yang berapi-api sempat menggilai ajaran sekte
Nichiren Shoshu. Kutemukan ketenangan dalam ibadahku. Namun aku dihadapkan pada
kenyataan pahit dimana bila aku memilih agama, kutinggalkan tradisi terlebih
dahulu. Aku seorang Chinese, dan sudah jelas aku memilih tradisi lebih dari
apapun. Kekecewaanku cukup besar pada ajaran ini hingga sampai pada titik aku
tidak mau terikat dogma gila itu. Kutemukan kembali diriku menjadi bagian dari
kehidupan agnostik. Kuikuti kegiatan-kegiatan yang lebih tradisional seperti
wushu dan barongsai. Anggaplah sebagai pelarian. Aku tidak peduli.
Diriku yang
agnostik cenderung membuatku seperti orang rasis. Kutemukan kejanggalan dimana
aku sangat membanggakan apapun yang kumiliki dan kuketahui. Kujadikan diriku
sebagai seorang Chinese sejati yang anti dengan budaya luar. Hal yang akhirnya
runtuh ketika kuketahui bahwa aku juga mewarisi darah Jepang nenek buyutku. Ya
kawan, pernahkah kalian bingung dengan hal apa yang harus kalian lakukan?
Pernahkah kalian ragu tentang siapa diri kalian?
Apakah buah dari
pengetahuan adalah kebingungan? Apakah pengetahuan selalu menggoyahkan? Apakah
buah pengetahuan itu baik dan benar? Kadang adakalanya kita terjebak dengan
pemikiran kita sendiri. Terkunci dalam lingkaran yang tak pasti. Apakah
kebaikan? Apakah kejahatan? Apakah mereka layak disebut demikian? Apakah selalu
demikian?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar