Voice of The World

Voice of The World
"Merengkuh langit dan memeluk awan memang mustahil. Namun mimpi adalah hak setiap anak di muka bumi."

Kamis, 08 Oktober 2015

Dendam Bertabur Gula

Belum lama ini aku membaca sebuah kisah yang tajam, Hamlet. Pernahkah kalian membaca tragedi legendaris ini? Sebuah romansa penuh tragedi dimana balas dendam adalah maut yang membahagiakan?
Alkisah, ada sebuah keluarga kecil yang berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sang ayah memiliki 4 orang saudara, 1 perempuan dan 3 lelaki. Sang ayah adalah orang yang hanya bisa berjuanng keras demi memberi makan saudara dan keluarganya. Sang kakak perempuan adalah orang yang miskin sehingga dipinjamkan sang ayah peti emas yang sangat mahal agar sang kakak perempuan tidak diusir dari rumahnya. Namun naas, uang sang ayah tidak dikembalikan dan sang kakak perempuan tidak mau membayarnya dengan alasan tidak ada surat perjanjian. Kini, sang kakak perempuan hidup berkecukupan.
Kakak lelaki sang ayah yang kaya menitipkan putranya yang sulung padanya. Anak itu dibesarkan dengan baik, namun naas karena sikap anak itu yang rusak, ia meminta untuk dikembalikan pada keluarga aslinya. Anak yang keras kepala tersebut mengatakan hal yang buruk mengenai sang ayah. Kini, sang ayah harus menanggung malu akibat dusta yang kejam.
Ayah satu ini sangatlah baik, dipinjamkannya sebuah rumah untuk adiknya lelaki untuk memulai usaha. Namun karena sang adik sangat bodoh, ia membuat usaha ilegal tanpa sepengetahuan kakaknya. Saat usaha busuk itu tercium polisi, sang ayah menanggung beban lebih berat karena ketidaktahuannya akan kebodohan adiknya. Ia mendekam 9 bulan dibalik jeruji hingga keluarganya cukup sekarat.
Kakak lelaki kedua sang ayah hanyalah pemabuk dan penjudi. Ia adalah tanaman merambat yang membunuh pohon tempat hidupnya. Dia ditampung hidup oleh sang ayah sehingga memberatkan kehidupan dirinya dan keluarganya.
Karena kebaikan dan ketulusan hatinya, sang ayah hidup penuh derita. Anaknya yang sulung harus terseok-seok dalam pendidikannya. Anaknya yang wanita kini hidup dalam kesederhanaan yang memprihatinkan. Sang istri kini mau tidak mau harus pergi dan tinggal di pinggiran kota bersama kedua anaknya agar biaya makan lebih murah. Usia tua sang ayah mulai menjadi penghalang. Setelah dipisahkan hidupnya dari istrinya, ia mulai sakit-sakitan karena pola hidup dan tempat tinggal yang tidak layak di kota. 3 bulan sekali ia mengunjungi keluarga kecilnya hanya untuk melepas rindu selama seminggu.
Sang anak lelaki adalah orang yang pendendam. Ia dendam akan ulah orangtua sepupunya yang tidak tahu malu dan amoral. Namun sang ayah berkata pada anaknya.

“Benih kebajikan ini kutanam untukmu, putra dan putri kecilku. Buahnya yang begitu manis akan menghidupimu kelak.’”

Sang anak lelaki kini hanya menatap nanar tanpa emosi. Dilihatnya kini, sang kakak perempuan terkena penyakit hingga tidak bisa menikmati harta kekayaannya. Lihatlah kedua anaknya berjuang bagai primata yang tau induknya sekarat. Adalagi sang adik lelaki yang kini dirundung hutang dan tak memiliki anak dari istri yang mandul dan cabul. Belum lagi sang kakak yang kini menjadi miskin karena ulah anak lelakinya yang rusak moral dan hidupnya. Kakaknya yang lain, kini sudah berada di dalam sebuah peti.
Kebajikan sang ayah adalah benih buah surga bagi anaknya. Sang anak yang dendam hatinya kini tahu, bahwa dunia ini penuh keanehan. Dalam kesusahan orang lain, ia menemukan kesenangan. Manusia memang tidak sempurna, lemah dan banyak kekurangan. Kadang mereka tidak perlu membalas dendam. Sang waktu yang tak berujung membuat dendam bertabur gula. Sang anak tahu bahwa dendam adalah hal yang salah. Namun alangkah susahnya, bahkan bagi orang beriman untuk melupakan rasa pahit kopi di dasar lidah.

Kupikir William Shakespeare adalah seorang filsuf yang baik. Dia tidak mendongeng laiknya penulis lain. Dalam tulisannya yang dingin ia berteriak. Sang Khalik tidaklah munafik. Dia yang Maha Tahu menulis semuua cerita dalam diari, menunggu waktu untuk terjadi. Hamlet, tidak ada kebahagiaan dalam sebuah dendam. Gula hanya menaburi dendam, menyembunyikan kisahnya diantara bulir salju semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar