Jika ingin kukatakan mengenai diriku, mungkin penyamun adalah kata yang mewakilinya. Aku dan kawanku dalam gelap adalah pribadi yang berbeda namun memiliki satu jasmani yang sama. Terkadang aku berpikir, diantara satu wajah akan menempel sebuah topeng yang menipu segalanya. Aku adalah seorang penyamun. Bahkan diantara para penyamun.
Rembulan Malam |
Kota Jakarta, sebuah kota tua penuh kenangan dalam benak diri mudaku. 4 tahun yang lalu kutinggalkan kota ini bersama masa laluku. Kini aku kembali dalam pelukannya, berusaha melepaskan diri darinya. Sebagai seorang Tiong Hoa muda, tentu aku bersemangat melihat suasana merah dan aroma dupa. Wangi khas itu mengembalikan bayangan dari pikiran menembus awan diantara kabut angkasa. Empat tahun sudah aku turun takhta dari seorang penyamun menjadi pemuda biasa. Aku melihat semuanya berubah dari tempat ini. Hanya satu yang tetap sama. Manusia.
Semuanya sama dari kali terakhir kutinggalkan mereka. Bahasanya, busananya, bahkan rasa masakannya. Aku terhenyak, bahwa aku sempat hadir dalam kekacauan ini. Peribahasa menggatakan bahwa manusia berubah dari waktu ke waktu. Namun yang kulihat hanyalah seberkas luka yang menjadi kaldera. Aku menatap cermin dan kulihat diriku dulu. Aku memang seorang penyamun. Ya, akulah raja dari penyamun muda itu.
Waras Dalam Kegilaan |
Dunia berputar cepat bagai kincir angin. Kutemukan diriku menjadi bagian daalam sebuah drama berjudul kehidupan. Aku berjalan di dalamnya, dibesarkan dalam sebuah alur cerita yang bahkan tidak kumengerti. Apa aku yang sudah gila? Mungkin saja, karena akulah kegilaan sejadi-jadinya. Tapi kawan, diatas awan masih ada awan. Kau tahu? Bahkan seorang penyamun yang disegani karena kedurjanaan dirinya tetaplah takluk dengan satu hal. Cinta.
Seperti yang kukatakan sebelumnya, seorang Tiong Hoa adalah pribadi yang unik. Berusaha baik meskipun jahat sekalipun. Banyak diantara yang kami bermuka dua asal tidak merugikan pihak manapun. Aku akan berkata bahwa kami adalah pribadi yang sulit dimengerti. Ya, dari segala sudut pandangnya. Jika engkau melihat diriku sekarang, kau akan menerka bahwa Indra yang dikau kenal hanyalah sebongkah tubuh berisi jiwa yang sendiri dalam keramaian. Aku ingin diriku dan aku ingin menjadi diriku. Akulah sang raja penyamun. Kau tahu apa yang kucuri? Sekali lagi, satu kata adalah jawaban yang sederhana. Cinta.
Drama yang ditulis Sutradara Agung teramat istimewa. Seorang penyamunpun, akan diberikan-Nya sebuah kado bernama Cinta. Aku memang gila. Kenapa? Karena aku baru saja menerima kado bernama Cinta itu. Di sebuah kota tua, aku menemukan Cinta dibalik dinding batu yang berlumut itu. Ia tersembunyi dalam balutan jubah hitam, dengan matanya yang tajam bagai mata pedang. Dingin dan kasar perawakannya, namun dialah yang kusebut Cinta. Dan kau tahu kawan? Entah mengapa, aku mulai belajar yang namanya Jatuh Cinta. Hidup ini megah sekali bukan?
Penyamun Masa Kini : Berdasi dan memakai Tuxedo |
Sang putri berlari dalam lorong luas yang disebut kehidupan, ia berusaha menyembunyikan dirinya dibalik tirai dan lampu bernama rembulan. Aku berlari. Secepat kakiku dapat menerbangkan diri ini. Kutemukan Cinta sang putri disembunyikan dibalik sebuah layar terang dengan berbagai tulisan. Ia begitu sulit diraih, licin, dan rapuh. Tapi aku ini seorang pencuri. Dan pencuri memiliki 1001 akal untuk mencuri. Aku bangga karena Cinta ini berhasil kucuri. Namun lain kali, aku akan mengembalikannya sebagai pria terhormat. Yah, mungkin tidak akan terjadi. Mengapa? Itu karena Indra yang menulis ini hanyalah seorang penyamun. Seorang pencuri Cinta sederhana. Tidak berbalut senjata. Aku hanya seorang biasa dibalik jubah bernama harga diri. Aku pencuri, karena itulah aku dapat berbangga diri.
Indra terdiri dari 2 pribadi yang berbeda. Kalau yang satunya waras, yang lainnya pastilah gila. Aku menjadi waras karena kegilaanku. Kegilaan yang membentukku. Dan kedua tanganku cukup gila untuk mencuri Cinta. Namun kawan, permaisuriku mungkin lebih gila. Karenanya, dia berkata :
"Bukankah indah hidup itu karena aku mencuri hatimu setelah engkau mencuri hatiku?"
Kau tahu kawan? Hidup memang gila. Tapi untuk dapat bertahan di dalamnya, jadilah gila dan engkau akan waras selamanya. Aku seorang Tiong Hoa muda, penuh kegilaan dan keceriaan. Namun dibalik kewarasanku yang gila, kurasa Tuhan tetap tersenyum padaku. Mungkin lain kali bila aku dapat berkunjung ke takhta-Nya yang agung, akan kuajak dia berbincang. Jika diperbolehkan, aku ingin membawa permaisuriku memasuki balai kerajaan-Nya. Sudah kuduga, aku orang gila.
N.B. : NOT MY SON |
Shopping District |
Out of Sight |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar