Seringkali aku berpikir bahwa aku adalah seorang munafik. Bukan hal mudah untuk mengakuinya namun itulah kenyataannya. Aku adalah seorang pecinta. Untuk kalangan anak muda berusia hampir 20 tahun, aku merasa paling tua diantara lainnya. Indra dapat kujabarkan sebagai seorang pemimpi. Ia begitu banyak bermimpi, meskipun semuanya hanyya mengenai cinta atau uang. Bagi seorang tua di dalam tubuh muda, kupikir Indra yang kukenal adalah yang paling membangkang.
Cinta adalah mimpi terindah yang pernah manusia miliki. Entah itu baik atau buruk, semuanya indah. Kau tahu kawan, Indra sedang jatuh cinta. Ada seorang wanita yang membuat hatinya mati rasa. Baginya, menurutku, sangat didambakan. Dapat kukatakan bahwa wanita itu adalah mimpinya. Terkadang cinta itu menutup mata, meskipun karena naluri mudanya, sang mata akan sedikit melirik dari kejauhan. Indra pernah berkata kepadaku, "Jika engkau pernah minum anggur, maka cintalah yang memabukkannya". Sebuah kata yang sulit kucerna memang, tapi kawanku, bukankah cinta itu membuat siapapun yang merasakannya lupa pada dunia? Kupikir pula, cinta adalah sahabat terbaik manusia. Hidup penuh cinta, ya, bahkan mimpiku sendiri.
Seorang muda berparas malaikat membuat hati siapapun terbelalak, dibuai dalam imajinasi yang membawa jiwa remaja ke langit ketujuh dekat awan surgawi. Sangat aneh, dan membuat kawanku itu lupa diri. Indra muda memang terkenal karena kegilaannya. Ia bisa saja kusebut manusia paling aneh di kerak bumi, karena ia tidak tahu diri dalam mencintai apa dan siapa yang dicintainya. Gadis yang membuat dirinya lupa diri memang sangat cantik jika dilihat dengan mata tertutup. Hal yang membuatku bingung kawan, Indra sudah bulat untuk meninggalkannya. Ada aku bertanya, "Mengapa engkau nekat?". Jawabannya membuatku terkejut. Rasanya bagai deru angin malam di balik kerimbunan cemara. Jawaban itu membuatku merinding hingga rasanya aku akan mati mendadak. Dalam hening yang dalam Indra menjawab, "Dua insan tidak bahagia saat mereka saling mencintai. Mereka akan tahu apa itu kasih, hanya ketika mereka berhenti saling menyakiti". Ingin rasanya kutampar anak itu karena ia berhenti bermimpi.
Mimpi memanglah sesuatu yang indah jika bisa engaku bawa ke dunia nyata. Di pelupuk mata, kadang mimpi dan realita tercampur aduk menjadi nyata. Namun kau sudah tahu jawaban akan semua kekacauan ini. Seorang akan menarik rem ketika dia hampir menabrak. Kupikir Indra, sahabat karibku itu ingin menarik rem untuk berhenti sebelum ia terjungkal dan tidak mampu bangkit lagi. Aku tahu sekali bahwa ia berhenti, menyerahkan segalanya pada Sang Pencipta Cinta. Semua terlihat remang dan tidak mudah. Namun kupikir inilah saatnya. Lebih baik engkau memberikan realita kepada seorang gadis daripada kesempatan bermimpi. Mimpi itu sendiri adalah pedang bermata dua. Jika engkau salah memainkannya, kau akan membunuh 2 orang termasuk dirimu sendiri.
Diriku yang bernama Indra memanglah buah kehidupan. Tidak perlu muluk-muluk kawan. Aku berkata kepada sahabat dekatku itu, "Jika laki-laki dihargai karena ucapannya, maka adalah baik baginya untuk membiarkan waktu sebagai juru bicaranya". Indra tidak berhenti bermimpi, ia hanya berhenti menyakiti cintanya. Ya, berhenti menyakiti dirinya sendiri dan gadis yang mungkin, masih ia cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar