Voice of The World

Voice of The World
"Merengkuh langit dan memeluk awan memang mustahil. Namun mimpi adalah hak setiap anak di muka bumi."

Jumat, 25 September 2015

Dunia Paralel

Pernah kalian berpikir mengenai malaikat dan iblis? Apakah mereka nyata? Apa kebenaran yang ingin mereka ungkap?

Bagi kita kaum beragama, tahulah kita mengenai kedua persona tersebut. Malaikat, sang hamba Tuhan dan iblis, hamba Setan. Namun kawanku tidakkah kalian berpikir bahwa kedua hal tersebut membuat pusing berbagai orang? Percayakah kalian mengenai kedua hal tersebut? Tahukah kalian tanda apa yang dibawa mereka?

Hitam putih kehidupan seringkali membuatku berpikir apakah diriku ini hanyalah bidak catur yang dimainkan kuasa yang lebih besar. Kadang aku mengira bahwa dunia ini tidak nyata dan ada alam lain di seberang mata. Kadang kutatap langit dan daun sambil mengira bahwa mereka senang menipu mata. Kau bayangkan kawan. Apakah hitam apakah putih? Apakah malaikat, apakah setan? Apakah baik, apakah buruk? Apakah benar, apakah salah? Coba kalian renungkan.

Diriku muda sering berpikir bahwa segala sesuatu tidaklah absolut. Ditemukannya bahwa putih tidaklah putih dan hitam tidaklah selalu hitam. Kadang benar dan salah hanyalah ilusi. Pernahkah kalian berpikir bahwa benar dan salah hanyalah sebagian kecil dari keegoisan manusia? Aku pernah berpikir bahwa sesuatu itu dapat dibilang baik ataupun benar menurut kehendak seseorang. Kuberi kamu contoh lucu. Pernahkah kalian mendengar cerita "Perang Surgawi"? Indra, sang raja dewata bertempur dengan Asura, raja iblis. Mereka memperebutkan kahyangan. Menurut Indra, kahyangan adalah rumah makhluk yang berkuasa. Namun, Asura juga memiliki kuasa, lalu mengapa mereka mendiami neraka? Bagi Indra, iblis adalah jahat, namun bagi Asura, dewa adalah jahat. Mana yang jahat, mana yang baik? Asura ingin agar iblis diperlakukan secara adil seperti dewa, namun dewa tidak ingin disamakan dengan iblis. Apakah baik, apakah buruk? Beritahu aku.

Manusia kukira hidup di dunia yang penuh dengan ilusi dan kebohongan pikiran. Mereka egois sekali saat menentukan segala sesuatu. Sama seperti diriku yang tidak bisa lari dari kenyataan bahwa aku adalah salah satu dari mereka. Lucu bukan?

Sepucuk Romansa di Langit Kota Salatiga

Aku adalah sebuah cerita, dimana aku hidup dalam drama. Beberapa kali kata itu tersirat dalam pikiranku yang kacau tak menentu. Aku sedang jatuh cinta, dan melodi bersenandung di udara. Kadang aku bertanya, apa itu cinta? Aku dibesarkan dan dibutakan olehnya. Aku merindukan dirimu bagai ilalang menanti hujan di kemarau panjang. Aku tidak tahu mengapa aku sangat rindu padanya. Aku tahu bahwa aku tidak berharga dan berarti baginya. Aku hanyalah sebuah pion catur dalam permainannya. Siap dikorbankan. Siap dihempas arus kehidupan.

Kurasa aku belum begitu sabar menghadapi gadis berkacamata yang satu ini. Sering aku marah dengan tindakannya yang sangat mengacuhkan diriku. Sering aku ingin memaki dirinya yang selalu memandangku sebelah mata, seakan tak percaya kalau aku menyayanginya. Hai kawanku, inikah buah sebuah kerinduan? Hanya karena diriku yang tidak dapat bertemu dengan pujaan hatiku? Hai awan, bagaimana pendapatmu? Aku berdiri diantara pot bunga yang ditempatkan mengambang, ingin aku menyapa mereka dengan siraman air surga. Namun sayang, ia kembali mengacuhkanku.


Aku menyayanginya bagai langit malam merindukan purnama. Namun sayang, cintaku tidak ada harganya. Tidak berarti, dan baginya, sebuah ilusi. Langit beku kota Salatiga mengejekku hari ini. Dalam tenda sempit dan panas itu, langit meniup angin sejuk kedalamnya seraya mengantarkan khayalku pada puncaknya. Aku menutup mataku. Aku bermimpi dalam benak jiwaku. Aku berdiri beralaskan butiran bumi. Sambil menggenggam tangannya, aku berlari menyusuri kecupan ombak. Rasanya dingin di kaki, dan aku merasakan hangat senyum dan peluknya. Gadisku ini memiliki bibir bagai jambu air. Aku ingat kesegaran yang terpancar dalam senyumnya.


Aku terbangun. Aku sadar, inilah buah sebuah kerinduan, sebuah potret jiwa yang hanyut dan hancur dalam deru ombak. Tapi aku yakin, benih yang disiram pastilah tumbuh. Entah menjadi pohon menjulang atau semak berduri. Cinta memang kadang tidak berarti, tidak terbalas, namun aku akan tetap mengejek awan. Kita seri lagi, wahai awan kawanku. Kau menangis di saat sedih, untuk menghidupi dunia, dan aku menangis hanya untuk kebahagiaan dirinya. Cinta itu sepucuk harapan. Engkau dapat melukis dan mewarnainya untuk engkau lemparkan ke atas mosaik bintang bercahaya.
Malam ini hangat ditemani kobaran unggun kota Salatiga. Ada bintang kecil yang mengedip padaku. Ia berkata sambil tersenyum. Cinta tidak bagai bintang yang bercahaya. Ia bagai bulan, yang kadang redup dan kadang bersinar. Ia sering ditutup awan. Tapi bagaikan langit yang sabar menunggu cahayanya, kau harus sabar menunggunya Indra.

Aku mengangguk, alam memang guru terbaik. Dibawah pohon kembang aku duduk sendiri. Bersembunyi diantara hiruk pikuk dunia. Tenggelam di antara buana cinta. Dan aku menulis sebuah nama di bumi yang kupijak. Nama gadis berkacamata nan acuh yang sangat kudamba.

Sabtu, 05 September 2015

3rd IESS 2015

Melia - Nico - Stefanus - Rico
Hellooooww.... Ok, baru-baru ini UAJY (Kampus gw) bekerja sama dengan ITS menjadi Host University dari 3rd International Conference On Industrial Engineering and Service Science yang diadakan di hotel Melia Purosani, Yogyakarta! Sedikit cerita kalo gw cuma jadi timekeeper buat acara ini. Bertugas di pagi cerah tanggal 2 September 2015 kemarin, cukup ngantuk, untungnya ada teman seperjuangan yang hadir juga. Angkatan 2014 yang tugas hari ini.

Kegilaan dimulai di ruangan dingin beku dimana CEO Garuda Indonesia Airways memberikan presentasi singkat. Ngantuk memang, tapi paling nggak gw cukup liat lah gambar- gambar pesawat yang menarik. Pembicara kedua datang dari Prof. Pervaiz K. Ahmed dari Monash University. Acara ini rupanya isinya para edukator bro! Sumpah, uda kayak kuliah umum, cuman yang liat ya orang penting dan sukses. HAHAHAHA! Gw ketemu beberapa edukator di sini, Prof. Stewart Robinson dari Loughborough University, Prof. Pervaiz K. Ahmed dari Monash University, dan Ms. Araya Uengpaiboonkit dari Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi. Banyak banget bulenya!

Paralel session mungkin acara yang paling bikin gue sibuk. Dari jadi timekeeper sampai jadi pengurus PPT. Man! Ternyata orang pintar jarang menggunakan komputer. Mereka lebih mencintai kertas dan pena! Sebuah pelajaran baru tentang kehidupan. Percayalah pada pena, lebih dari keyboard!
Timekeeper Crew
Ms. Araya Uengpaiboonkit
Rajamangala University of Technology Suvarnabhumi


Gala Dinner









Selfie?








Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Just Kidding!

Registration Desk






Bye-Bye!























           See you in the next IESS!!!!

Catatan Seorang Kawan

Sebuah catatan hanyalah kumpulan sebuah memori. Langit dan bumi sebagai saksi lika-liku kehidupan. Ada seorang muda yang selalu berpikir apakah dunia sebuah kesalahan? Ada cerita dimana seorang pemuda dibesarkan dalam dunia penuh muslihat. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, dibesarkan oleh makian dan kekejaman kenyataan. Kadang ia ditanya orang, apa yang bisa lakukan? Ia hanya menunduk diam. Semua hal adalah muslihat. Ketika ia belajar dengan tekun, tak mendapat pujian. Saat ia mendapat medali, diberitahu kepadanya bahwa ia hanya membuang waktu. Ketika dia ingin melakukan hal yang ia inginkan, diteriaki bahwa yang dia lakukan tak ada gunanya.
Semua orang dalam hidupnya bertanya apa yang harus dia lakukan. Dia hanya terdiam. Mendengar alam membisikkan ketenangan. Tak ingin mempedulikan apapun. Mungkin satu hal yang dapat ia lakukan. Menjadi dirinya sendiri. Kuberitahu padamu kawan, ketika kamu melihat pemuda ini, kau akan tau bagaimana rasanya menjadi manusia tak bertopeng. Penuh dengan kejujuran dan apa adanya. Menjadi dirinya sendiri. Tidak meninggikan dirinya, tidak pula merendahkannya. Ia tahu bahwa ia diikat oleh kekejaman di sekelilingnya. Bagaimana ia berusaha dan kadang tidak mendapat buahnya. Sebuah ironi yang menjadi bahan tertawaan dunia. Lihatlah dirinya. Tatap mata tajam itu. Puaskan dirimu dengan tatapan senyap kalbu.
Jiwa yang menjerit sudah menjadi sahabat lamanya. Dimanapun tempatnya, harga diri tanpa uang tidak ada artinya. Lihat betapa ia tersenyum, dengan jutaan beban di benaknya. Seorang pemuda berusia muda dan bertubuh kecil ini senang tertawa. Ya, bahkan kepada dirinya. Ketidakberuntungan sangat senang menempel pada dirinya. Kenyanglah dirinya akan buah kebaika
n, kejahatan. Buah yang menjadi racun dalam kehidupan jiwanya. Siapa yang mau disalahkan, siapa yang patut disalahkan? Hai kawan, beritahu aku siapa sang penjahat dalam cerita ini?
Deep Blue
Ketika mendapat nilai bagus, tidak ada pujian. Ketika nilai jelek, dapat makian. Sebenarnya apa gunanya? Ketika dirumah tidak bekerja, ia dibilang tidak berguna. Ketika ia sibukkan dirinya dengan kegiatan, diberitahukan padanya bahwa hal demikian tidaklah berguna. Siapa sang penjahat? Tentu saja hidupnya. Terkadang dalam hati ia menertawakan dirinya, dimarahi dia ketika bangun siang karena belajar hingga larut malam. Terkadang tawanya semakin menjadi, ketika dimaki kalau dibilang malas di pagi hari, padahal dia bekerja semalam suntuk. Dimaki dirinya ketika dia tidak pernah olahraga pagi, padahal ia sudah berolahraga pada malam harinya. Dinyatakan kepada dirinya bahwa dia hanya seonggok daging tanpa kemampuan. Siapa yang mau disalahkan? Hidupnya atau kebodohan orang yang selalu memaki ketidakmampuan dirinya?

Bukan pemabuk, bukan perokok, bukan penjudi, hanya pelajar. Kisah seorang terpelajar yang harga dirinya tidak berarti karena kekosongan emas perak. Sebuah kisah yang selalu menjadi rahasia dunia yang berputar. Kulihat anak itu sekali lagi. Kulihat ia menari. Kulihat indah hidupnya yang penuh berlian yang terbuat dari keringat dan air mata. Segala sesuatu tidaklah sia-sia. Pemuda itu tersenyum, mengangkat tangannya menengadah langit gelap bertabur bintang dibawah sinar bulan. Ia berlari, tak tau kapan harus berhenti. Namun satu hal yang kusadari, bahwa perjalanan anak tersebut akan berhenti. Ya, suatu saat nanti. Saat dia terlelap dalam mimpi hingga tak mampu bangun kembali.